Beranda | Artikel
Hadits Arbain ke 25 - Setiap Kita Mampu Bersedekah
Rabu, 13 Januari 2021

Bersama Pemateri :
Ustadz Anas Burhanuddin

Hadits Arbain ke 25 – Setiap Kita Mampu Bersedekah  merupakan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Anas Burhanuddin, M.A. dalam pembahasan Al-Arba’in An-Nawawiyah (الأربعون النووية) atau kitab Hadits Arbain Nawawi Karya Imam Nawawi Rahimahullahu Ta’ala. Kajian ini disampaikan pada Selasa, 9 Rabbi’ul Tsani 1442 H / 24 November 2020 M.

Status Program Kajian Kitab Hadits Arbain Nawawi

Status program kajian Hadits Arbain Nawawi: AKTIF. Mari simak program kajian ilmiah ini di Radio Rodja 756AM dan Rodja TV setiap Selasa sore pekan ke-2 dan pekan ke-4, pukul 16:30 - 18:00 WIB.

Download juga kajian sebelumnya: Hadits Arbain ke 24 – Allah Mengharamkan Kedzaliman

Kajian Hadits Arbain ke 25 – Setiap Kita Mampu Bersedekah

Dari Abu Dzar Radhiyallahu ‘Anhu, bahwasanya ada sekelompok sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang berkata kepada beliau: “Wahai Rasulullah, orang-orang kaya di antara kami telah pergi dengan pahala mereka. Mereka shalat sebagaimana kami shalat, mereka berpuasa sebagaimana kami berpuasa dan mereka bersedekah dengan kelebihan hartanya mereka.” Maka Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan kepada mereka:

أَوَلَيْسَ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لَكُمْ مَا تَصَّدَّقُونَ إِنَّ بِكُلِّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةً وَكُلِّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةً وَكُلِّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةً وَكُلِّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةً وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْىٌ عَنْ مُنْكَرٍ صَدَقَةٌ وَفِى بُضْعِ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ

“Bukankah Allah telah membuatkan banyak jalan untuk kalian bersedekah? Sesungguhnya pada setiap tasbih satu kali itu terhitung sedekah, setiap takbir satu kali itu sedekah, setiap tahmid satu kali itu sedekah, setiap tahlil satu kali itu sedekah, mengajak orang kepada kebaikan itu sedekah dan melarang orang dari kemungkaran itu juga sedekah. Bahkan pada kemaluan seorang di antara kalian ada sedekahnya.”

Maka para sahabat tersebut bertanya kepada Rasulullah: “Wahai Rasulullah, apakah seorang di antara kami memenuhi syahwatnya kemudian dia mendapatkan pahala dari situ?” Maka Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjawab:

أَرَأَيْتُمْ لَوْ وَضَعَهَا فِى حَرَامٍ أَكَانَ عَلَيْهِ فِيهَا وِزْرٌ فَكَذَلِكَ إِذَا وَضَعَهَا فِى الْحَلاَلِ كَانَ لَهُ أَجْرٌ

“Bukankah kalau dia memasukkannya ke tempat yang haram dia mendapatkan dosa? Begitu juga kalau dia meletakkannya di tempat yang halal, maka dia mendapatkan pahala.” (HR. Muslim)

Ini adalah hadits Abu Dzar Al-Ghifari Radhiyallahu ‘Anhu yang ke-3 dalam Arbain Nawawiyah ini. Sebelumnya telah kita bahas juga hadits beliau di nomor 18, juga hadits nomor 24. Subhanallah. Keteguhan dan kesungguhan beliau dalam menuntut ilmu meriwayatkan hadits dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, mengalir manfaatnya hingga zaman kita, nama beliau masih disebut-sebut dengan kebaikan, umat Islam terus mendoakan beliau. Karena ilmu ini sampai kepada kita dengan sebab beliau, melalui jalan beliau. Semoga Allah membalas beliau dengan kebaikan dan meridhai beliau.

Pada hadits ini para sahabat berfikir bahwasanya yang namanya sedekah itu harus dengan harta. Maka Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjelaskan kepada mereka bahwasanya sedekah itu tidak harus dengan harta. Sedekah itu bisa dengan amal shalih dan kebaikan apa saja. Ini adalah sesuatu yang mereka belum pahami. Maka Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjelaskan bahwasanya dalam agama kita semua amal shalih disebut sebagai sedekah. Semua ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala terhitung sebagai sedekah.

Maka kalau kita tidak bisa bersedekah dengan harta kita, kita memiliki keterbatasan secara ekonomi, kita bisa melakukan amalan shalih apapun yang akan dihitung oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagai sedekah tanpa kita harus keluar uang sepeser pun dari kantong kita.

Bahkan sedekah bisa kita lakukan pada sesuatu yang berisi pemenuhan syahwat. Beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan: “Dan pada kemaluan seseorang ada sedekahnya.” Para sahabat Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang awalnya berpikir bahwasanya sedekah itu harus dengan uang, mereka juga berfikir bahwasanya pahala itu harus dengan hal-hal yang sifatnya berat dan sulit. Kemudian sekarang Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengajari mereka bahwasanya “pada kemaluan seorang di antara kalian ada sedekah.” Jadi kalau seorang di antara kalian berhubungan dengan pasangannya yang sah, itu terhitung sedekah di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Dalam hadits ini para sahabat menunjukkan semangat semangat mereka. Mereka sedih ketika tidak melakukan sebuah amalan, sementara orang lain bisa melakukan amalan itu. Padahal mereka tahu bahwasanya mereka termaafkan ketika tidak bisa melakukan ibadah itu karena keterbatasan, kelemahan dan kekurangan ekonomi. Maka Allah tidak akan tuntut mereka, apalagi ini adalah hal-hal yang sifatnya sunnah. Tapi mereka sedih dan berharap kalau seandainya bisa juga melakukan hal itu. Bahkan meminta ditunjukkan kepada amalan lain yang bisa membuat tidak ketinggalan dengan orang-orang kaya dari kalangan para sahabat. Ini adalah sebuah semangat yang perlu kita teladani bersama.

Dalam sebuah hadits riwayat Al-Bukhari, dari Abu Hurairah, disebutkan bahwasanya yang curhat kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah orang-orang fakir miskin dari kalangan Muhajirin. Mereka adalah orang-orang yang hijrah ke Madinah meninggalkan harta kekayaan ketika di Mekah, dan ketika tiba di Madinah diuji dengan kemiskinan. Mereka pun mengeluhkan hal ini kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Bukan kemiskinan yang mereka keluhkan, tapi yang mereka keluhkan adalah tidak bisa melakukan sebagian amalan sementara para sahabat yang lain bisa melakukan amalan itu.

Kemudian ketika mendengar curhatnya para sahabat yang miskin dari kalangan Muhajirin ini, Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan:

أَفلا أُعَلِّمُكُمْ شيئًا تُدْرِكُونَ به مَن سَبَقَكُمْ وَتَسْبِقُونَ به مَن بَعْدَكُمْ؟ وَلَا يَكونُ أَحَدٌ أَفْضَلَ مِنكُم إلَّا مَن صَنَعَ مِثْلَ ما صَنَعْتُمْ

“Tidakkah kalian mau aku beritahu sebuah amalan yang dengan kalian bisa mengejar orang-orang sebelum kalian? Dengan amalan ini kalian bisa mengalahkan orang-orang setelah kalian dan tidak ada orang yang lebih afdhal daripada kalian kecuali jika orang tersebut beramal seperti amalan kalian.”

Maka para sahabat mengatakan: “Tentu saja Wahai Rasulullah,” siapa yang tidak mau diajarkan suatu amalan yang dengan amalan ini mereka bisa mengejar ketertinggalan dari orang-orang terdahulu, dengan amalan ini orang-orang bisa mengalahkan orang-orang yang akan datang. Dan mereka bisa menjadi yang terbaik dari umat ini.

Maka Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan:

تُسَبِّحُونَ، وَتُكَبِّرُونَ، وَتَحْمَدُونَ، دُبُرَ كُلِّ صَلَاةٍ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ مَرَّةً

“Kalian bertasbih, bertahmid dan bertakbir setiap selesai shalat 33 kali.”

Jadi mengucapkan Subhanallah 30 kali, Alhamdulillah 33 kali, Allahu Akbar juga 33 kali. Maka para sahabat pun bergembira dengan amalan yang baru mereka tahu ini, tapi kemudian kata Abu Shalih (yang meriwayatan hadits ini dari Abu Hurairah), beliau mengatakan bahwa orang-orang fakir dari kalangan Muhajirin kemudian kembali kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan mengatakan:

سَمِعَ إخْوَانُنَا أَهْلُ الأمْوَالِ بما فَعَلْنَا، فَفَعَلُوا مِثْلَهُ

“Wahai Rasulullah, saudara-saudarak kami yang kaya telah mendengar amalan yang engkau beritahukan kepada kami, maka mereka pun melakukan hal yang sama.”

Maka Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan:

ذلكَ فَضْلُ اللهِ يُؤْتِيهِ مَن يَشَاءُ

“Wahai para sahabatku, itu adalah anugerah dari Allah yang Dia berikan kepada siapa yang dia kehendaki.”

MasyaAllah.. Akhirnya orang-orang yang kaya tetap mereka memiliki amal-amal yang tidak bisa dilakukan oleh para sahabat yang miskin. Tapi para sahabat yang lebih miskin ini tentunya tidak tertutup pintu untuk bisa meraih kemuliaan disisi Allah Subhanahu wa Ta’ala, bahkan untuk mengalahkan para sahabat yang kaya. Yaitu tentunya dengan lebih banyak beribadah dan lebih banyak bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Bagaimana penjelasan lengkapnya? Mari download mp3 kajian dan simak kajian yang penuh manfaat ini.

Download mp3 Kajian

Lihat juga: Hadits Arbain Ke 1 – Innamal A’malu Binniyat


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/49625-hadits-arbain-ke-25-setiap-kita-mampu-bersedekah/